Mengenai Saya

Foto saya
an independent soul with hypnotic aura

Kamis, 29 Desember 2011

Ibu, sang putri, dan patah hati

Bagaimana ya perasaan ibu saat melihatnya anaknya menangis karna patah hati?


Tiba-tiba saja pertanyaan itu muncul dalam benak saya. Entah bagaimana awalnya, namun saya berpikir jika sebagian besar dari kita terutama anak perempuan pasti pernah menangis. Saya salah satunya, selain membaca dan menulis, kegemaran lain yang sering kali saya lakukan adalah menangis. Terdengar aneh ya? Namun memang begitu lah kenyataanya. 

Bila ada yang bilang jika buah takkan jatuh jauh dari pohonnya maka tidak demikian dengan saya. Jauh berbeda dengan saya, Ibu saya adalah perempuan yang kuat dan berani. Beliau tidak takut kepada orang-orang yang berusaha menjatuhkannya dan menyakiti hatinya, beliau jarang menjatuhkan airmata kecuali ketika ia memang tidak dapat lagi menahan kepiluan hatinya. Beliau dapat segera bangkit dari kesedihan dan tidak mendendam, ia dapat bersikap baik kepada orang yang pernah melukai hatinya. Hebat ya?


Well, sayangnya saya bukanlah ibu saya. Pribadi kami sungguh berbeda. Saya adalah gadis cengeng yang manja dan sangat sensitif perasaannya. Tak jarang saya mengumpat dalam kamar dan menangis sepuasnya, lalu keluar dengan mata kodok dan diam-diam mengambil es batu dari dalam kulkas untuk mengompres mata yang kian bengkak. Ya, ibu tahu. Bahkan ia hafal betul kebiasaan putrinya. Namun ia seolah memberikan saya waktu untuk melakukan hobby saya itu. Memberikan kesempatan putrinya untuk meluapkan emosi kesedihannya. Setelah itu, ibu akan menyelusup masuk ke kamar, membisikan nasihat-nasihat bijak dan memompa semangat sang putri untuk menghadapi semuanya.


Saya ingat kejadian lima tahun lalu, dimana saya mengalami peristiwa luar biasa dalam hidup saya. Patah hati (bukan untuk yang pertama kali) namun ini patah hati yang paling hebat yang pernah saya lalui, saya bukan hanya menangis, namun saya tertidur sepanjang hari dan berharap tidak akan membuka mata lagi. Ironis. Bayangkan.. saya tidur, lalu bangun sebentar, menangis hingga letih lalu tidur lagi. Ibu tahu anaknya sedang patah hati, ibu sangat tahu persis masalah apa yang menimpa putrinya saat itu. Putus cinta. Terdengar sangat unyu sekali namun tak ada yang memungkiri jika masalah cinta memang terkadang dapat membuat kita sedikit gila (setidaknya begitulah yang pernah saya rasakan. DULU.)


Saya tidak tahu persis bagaimana perasaan ibu saat itu, mungkin ibu sedih, marah, atau bagaimana? Tapi yang saya ingat saat itu ibu pernah memberikan sumpah serapahnya kepada mantan saya. Kira-kira begini “Smoga dia jatuh dari motor… sebel. Enak aja udah buat anak gue nangis”, mendengarnya membuat saya tertawa. Saya yakin itu bukan benar-benar sumpah beneran, itu hanya luapan kekesalan ibu kepada orang yang telah menyakiti hati anaknya dan bagi saya, itu adalah ungkapan rasa sayang ibu yang luar bisa ingin melindungi putrinya. Luar biasa.
Ibu juga tak bosan mengingatkan saya untuk makan karena saat itu mendadak saya kehilangan napsu makan. Bayangkan saya hanya makan dua sendok nasi lalu saya menangis lagi. Bobot saya pun  sempat menyusut hingga mm… mungkin sekitar 8kg.. (gila!!) Oia Ibu juga sempat menyuruh saya berlibur dengan sepupu agar saya dapat melupakan kesedihan saya. Hmmm… kalau dipikir-pikir lagi, kok gue dulu lebay banget yaa? Hehe…


Lain dulu lain sekarang. Siapa bilang? Saya masih sering menangis bahkan di usia saya yang telah berkepala dua (dengan ekor empat dibelakangannya). Masalah cinta masih dapat menggoyangkan hati saya, namun dapat saya pastikan jika hal itu tidak akan menghancurkan bangunan kokoh yang telah saya latih untuk menjadi kuat seperti saat ini. Kini, bangunan kokoh yang bernama hati itu lebih kuat, lebih matang dan dewasa (namun tak perlu juga kamu coba banting untuk memastikan kekuatannya ya! ;) ) Well, sekuat-kuatnya hati saya namun mata tetap menagis juga. Saya heran kenapa ya mata ini gak bisa kompak deh… duhh..

 
Rutinitasnya masih saya seperti dulu, saya menangis diam-diam di dalam kamar, mengendus ke dapur untuk mengambil es batu, mengompres mata lalu tidur. Besoknya ibu hanya tersenyum sambil sedikit menggoda saya “Ada yang lagi patah hati nih”, saya hanya tersenyum lalu berlalu sambil masuk ke dalam kamar. Diam dan menulis. Yess, writing is healing. Setidaknya bagi saya, menulis cukup membantu. Sekarang saya mencoba untuk menikmati kesedihan itu sendiri, mencoba menikmati dinamika emosi kehidupan ini dan mengambil pejaralan dari sana. Walaupun terkadang saya pun masih membutuhkan ibu untuk sekedar diskusi dan genjotan semangat. 


Menjadi dewasa bukan berarti saya berubah seperti ibu, menjadi sosok tegar luar biasa yang ditempa banyak kesedihan sejak dulu namun dapat terus berdiri gagah dan tersenyum. Tapi saya belajar dari ibu, bahwa segala di dunia ini memang harus dilalui, mungkin dengan tetesan air mata, mungkin dengan senyuman atau dengan hati yang terporak-poranda karna cinta. Saya butuh waktu beberapa jam dulu untuk menetralisir kegetiran hati dan menata emosi agar lebih stabil. Caranya? ya salah satunya dengan menangis atau terkadang mengadu pada ibu. Setelah saya sadari, nasihat ibu banyak benarnya. Ya kan? 


Yaah ibu berpengaruh besar dalam hidup saya, ibu mendidik saya hingga seperti ini dan pompaan semangat dari beliau lumayan dapat membuat saya jadi gak begitu galau. Setidaknya saya gak suka nulis-nulis status twitter yang sedih menggila seperti kalian lah ya hehehehe…


Pikiran saya pun melayang pada masa depan, beberapa tahun lagi saya akan menjadi ibu dan akan mengalami hal yang sama dengan ibu saya. Entah nanti anak saya laki-laki atau perempuan,  namun sempat terlintas dalam pikiran saya, semoga anak saya laki-laki saja karena kalau saya memiliki perempuan, saya takut jika ia menangis karna patah hati lalu ia mengadu pada saya, nanti kita akan menangis bersama hehehe… Cape dehh…

1 komentar:

  1. apa iya harus seperti ini?
    untuk seorang lelaki yg masih single kondisi terberat yang mungkin dihadapi adalah dia belum bisa melupakan mantan kekasihnya yang sangat dia sayang, sementara untuk kembali lagi sudah tidak mungkin. dia berusaha move on dan ketika akhirnya dia bisa jatuh hati kepada seorang wanita, wanita tersebut menolaknya. sementara dalam kondisi yang bersamaan beberapa wanita menyampaikan perasaan suka kepada lelaki tersebut, dan suka tidak suka, lelaki tersebut menolaknya dgn tegas karena dia jatuh hati kepada wanita yg sudah menolaknya mentah-mentah.

    sementara itu si lelaki akan memasuki usia 28 dan sudah berpikir untuk berkeluarga.

    mampus!

    karena cinta itu soal rasa :)

    BalasHapus